TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Peneliti Tantra yang telah menerbitkan beberapa buku tentang Tantra, Putu Yudiantara menyebutkan bahwa Tantra merupakan sesuatu yang dianggap seksi seperti halnya pengeleakan.
Hal ini dikarenakan Tantra menyediakan banyak panggung untuk berfantasi.
Sehingga tak jarang yang mengkonotasikan Tantra itu sendiri sebagai ilmu mistik ataupun tentang seksualitas.
Menurut Yudiantara, Tantra secara sederhana berarti buku atau ajaran.
"Awalnya semua jenis buku disebut tantra. Yang kemudian berkembang dan disebutkan bahwa Tantra merupakan jenis teks Shaiwa," kata Yudiantara dalam Rembug Sastra Purnama Bhadrawada di Pura Agung Jagatnata, Denpasar, Rabu (11/12/2019) malam.
Ia menyebutkan ada dua golongan kitab Shaiwa Tantra yaitu Shaiwa Siddhanta masuk Tantra Kanan dan Brairavāgama yang masuk Tantra Kiri.
Tantra Kanan memuat ajaran yang sesuai dengan kebrahmanaan.
Dan pada Tantra Kiri banyak dijumpai aspek dewa-dewi yang menyeramkan, pemujaan menggunakan alkohol, daging maupun seks.
"Kemudian dalam tahap perkembangannya, Tantra tak lagi sesederhana kata yang artinya buku atau kitab-kitab Shaiwa. Tantra menjadi topik yang memiliki cakupan yang sangat luas," jelasnya.
Dalam perkembangannya ini, Tantra kemudian sejalan dengan Weda, bercampur bahkan bertolak belakang dengan Weda.
Jadi jika ada yang menyebut Tantra mengajarkan tentang seks, maka ada bagian yang membahasnya, begitupun tentang mistik.
Ia menyebutkan ada tiga fantasi yang muncul dalam Tantrisme.
Pertama yakni Kundalini Yoga, dimana Kundalini dalam teks kuno berarti ong kara.
Kedua adalah sihir yang awalnya membuat peneliti enggan meneliti tentang Tantra.
"Tantra dianggap klenik yang tidak masuk akal. Tapi iya memang ada tentang itu, tapi ada bagian yang membahas jenis sihir ini," jelasnya.
Dan fantasi yang ketiga yakni fantasi seksualitas.
Ia menyebut Tantra nyaris dikaitkan dengan erotisme bahkan ada yang mengira Tantra sama dengan Kama Sutra.
Namun menurutnya seks dalam Tantra tidak memiliki kenikmatan tapi puja.
"Jika baca penjabarannya, menurut saya itu bukan seksualitas yang memberi kenikmatan, tapi lebih pada menjijikkan daripada nikmat," katanya.
Sehingga menurutnya, Tantra mengajak seseorang menjadi seorang ilmuwan bukan seseorang yang beriman.
"Mengutip dari Arthur Avalon, Tantra tidak menyuruh kita meyakini apa yang dikonsepkan, namun mengujinya dalam pengalaman," imbuhnya. (*)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Apakah Tantra Merupakan Ilmu Tentang Sihir dan Seks?, https://bali.tribunnews.com/2019/12/12/apakah-tantra-merupakan-ilmu-tentang-sihir-dan-seks?page=2.
Penulis: Putu Supartika
Editor: Eviera Paramita Sandi