Kompas.com - 31/01/2020, 08:38 WIB
KOMPAS.com – Seusai dikritik seminggu sebelumnya karena menunda pernyataan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya resmi mengumumkan status darurat dunia atas kasus virus corona yang terus menyebar ke luar China. Melansir dari SCMP, korban jiwa akibat virus yang awalnya menyebar di Wuhan China tersebut sudah 213 hingga Kamis (30/1/2020) dengan 42 kasus terbanyak terjadi di Provinsi Hubei. Dari 30 kematian baru yang dilaporkan, 30 di antaranya ada di Wuhan yang merupakan bagian dari Provinsi Hubei dan merupakan pusat wabah menurut komisi kesehatan Hubei. Hingga Kamis (30/1/2020), sebanyak 1.982 kasus baru telah dikonfirmasi terjadi di daratan China. Hal itu sebagaiamana dikutip dari pemberitaan SCMP, Jumat (31/01/2020) hingga pukul 09.18 WIB. Sehingga total secara nasional terdapat 9.692 kasus yang jauh melebihi epidemi SARS pada 2002-2003 yang menewaskan hampir 800 orang di seluruh dunia. Sementara itu, Provinsi Hubei melaporkan 5.806 kasus dengan 32.340 orang dalam pengawasan hingga Kamis (30/1/2020). Adapun 804 pasien dalam kondisi parah dan 290 dalam kondisi kritis. Saat ini Beijing telah mengirim 7.000 pekerja medis ke Hubei untuk mengurangi penyebaran wabah.
Status darurat
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan bahwa pengumuman status darurat internasional bukan berarti suara untuk tidak memercayai China terkait kemampuannya mengendalikan wabah. “Kekhawatiran terbesar kami adalah potensi penyebaran virus ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah dan yang tidak siap untuk menghadapinya,” kata Tedros, sebagaimana dikutip dari SCMP. Adapun temuan kasus mencapai 98 kasus merupakan kasus di luar China. Sebagian besar kasus di luar Tiongkok, imbuhnya, memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan atau kontak dengan seseorang dengan riwayat perjalanan ke Wuhan. “Kami tidak tahu kerusakan apa yang bisa dilakukan virus ini jika menyebar ke negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah,” katanya lagi. Selain itu, Tedros juga menyampaikan beberapa rekomendasi kepada negara-negara untuk menanggapi penyebaran virus. Di antaranya adalah mempercepat pengembangan vaksin, meninjau rencana kesiapsiagaan memerangi informasi salah, serta berbagi data dengan PBB.
Tutup perbatasan
WHO juga memperingatkan bahwa pembatasan drastis dalam perjalanan dan perdagangan tidak diperlukan. Termasuk langkah menutup perbatasan dengan China dan membatasi akses pelancong China. Meskipun tak menyebut nama Rusia, tetapi pernyataan itu muncul seusai Moskow menutup bagian perbatasan Rusia-China dan menangguhkan visa pengunjung China. "Beberapa negara telah mengambil langkah-langkah yang meragukan terkait para pelancong," kata Didier Houssin, Ketua Komite Darurat WHO. Menurut dia, langkah-langkah tersebut seharusnya tidak menjadi contoh untuk diikuti.
Dikutip dari BBC, WHO mengkhawatirkan penyebaran virus ke negara berpenghasilan rendah yang tak memiliki alat untuk menemukan ataupun menahannya. Dikhawatirkan, wabah tersebut bisa menyebar tanpa terkendali dan mungkin tak diketahui selama beberapa waktu. Dikutip dari Nytimes, sejauh ini negara-negara yang telah terdampak, yakni China, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Vietnam, dinilai mampu perang melawan virus tersebut sendiri. Akan tetapi, negara seperti Republik Demokratik Kongo saat memerangi wabah Ebola yang masih berlangsung saja membutuhkan infus dana dan keahlian medis dalam jumlah besar. Dengan demikian, kebutuhan akan uang menjadi salah satu pertimbangan WHO menyatakan virus corona sebagai darurat internasional untuk masalah ini.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Resmi Darurat Internasional, Virus Corona Sebabkan Kematian 213 Orang, Hubei Jadi Lokasi Terbanyak", https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/31/083806965/resmi-darurat-internasional-virus-corona-sebabkan-kematian-213-orang-hubei?page=all.
Penulis : Nur Rohmi Aida
Editor : Sari Hardiyanto